Menggugat
Sistem Alih Daya
Bertentangan dengan doktrin
neoliberal, pilihan sebuah pemerintah terhadap system alih daya bukanlah sebuah
konsekuensi yang tak terhindarkan tetapi lebih menyangkut pilihan politik pemerintah
bersangkutan.Doktrin neoliberal berupaya menihilkan campurtangan pemerintah dalam
ekonomi.Namun, dalam hal alih daya justru kapitalis meminta pemerintah terlibat
jadi fasilitator, membantu mereka mengekspolitasi buruh dengan adanya izin alih
daya yang dikeluarkan pemerintah.
Praktik alih daya memang
sudah eksis di semua Negara, tetapi kebijakannya berbeda satu dengan yang lain.
Arus utama ekonomi pasar terbuka global telah memaksa sebuah Negara memilih keunggulan
ekonomi yang dikembangkan untuk berkompetisi. Yang tak dimengerti buruh
:mengapa Indonesia masih memilih berkompetisi diupah buruh murah atau lebih tepatnya
mengapa pemerintah selalu lebih prokapitalis ketimbang proburuh?
Mengapa, misalnya,
undang-undang di Filipina, Thailand dan Malaysia hanya mengizinkan penggunaan pekerja
kontrak selama enam bulan, tetapi Indonesia membuatnya bias tiga tahun ? mengapa
alih daya bias diizinkan kesemua jenis pekerjaan, sementara Negara lain hanya dibatasi
secara ketat kejenis pekerjaan tertentu? Mengapa penyimpangan alih daya bias dibiarkan
merajalela tanpa tindakan hukum? Kemarahan buruh sebenarnya sudah di titi nadir
melihat kenyataan ini.
Sumber
referensi : Koran Kompas, senin, 24 September 2012
Tidak ada komentar:
Posting Komentar